0 komentar

Trauma



Pria ini mengalami trauma setiap kali menjelang tidur. Ia selalu khawatir di bawah tempat tidurnya ada makhluk yang menyeramkan. Hampir setiap malam ia susah tidur. Akibatnya, siang hari ia mudah letih dan staminanya tidak terlalu prima. Wajahnyapun terlihat kuyu dan lesu.
Akhirnya ia berkonsultasi kepada seorang ahli yang bisa menyembuhkan trauma, seorang konsultan hypnoterapi. Anehnya, setelah berbulan-bulan berbagai metode dan cara dilakukan tidak juga menunjukkan hasil. Pria ini masih saja susah tidur bahkan semakin hari semakin parah. Akhirnya, dia menyerah dan berhenti berobat.
Selang beberapa bulan kemudian, si konsultan hypnoterapi berjumpa dengannya di sebuah pusat perbelanjaan. Surprise! Mantan pasiennya ini tampak ceria, wajahnya juga cerah dan penuh semangat. Sang konsultan pun bertanya, “Kamu kelihatan hebat, bagaimana dengan traumanya, sudah sembuh?” Dengan cepat dia menjawab, “Sudah pak, sekarang saya sudah bisa tidur nyenyak.”
Sang konsultan bertanya lagi, “Apakah kamu menggunakan metoda yang saya ajarkan?”
“Tidak sama sekali. saya berkonsultasi dengan bapak saya dari kampung. Tidak perlu berkonsultasi berbulan-bulan, satu kali berkonsultasi langsung sembuh,” jawabnya mantap.
“Penyakit trauma kamu sudah akut tidak mungkin satu kali terapi sembuh,” balas sang ahli hypnoterapi.
Sambil tersenyum mantan pasiennya itu menjawab, “Buktinya saya sembuh, pak.”
“Jadi, ketika saya mengeluh bahwa saya trauma setiap kali mau tidur, bapak saya bertanya, memangnya apa yang kamu keluhankan? Sayapun menjelaskan bahwa saya selalu merasa seolah-olah ada makhluk mengerikan di kolong tempat tidur. Mendengar penjelasan tersebut tanpa berkata-kata beliau langsung masuk kamar saya dan memotong kayu kaki tempat tidur. Sekarang tempat tidur saya menempel di lantai. Sejak saat itulah saya bisa tidur nyenyak…”
http://www.jamilazzaini.com/trauma/
read more
0 komentar

Pintar atau Bodoh ?



Suatu hari, seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tak jauh dari kantornya. Tiba-tiba mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, “Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia!”

“Apa iya?” tanya sang pengusaha keheranan.

Lalu tukang cukur memanggil si Bejo. Ia merogoh kantongnya dan mengeluarkan uang koin bernilai 1000 dan 500, lalu memanggil anak itu. “Bejo, kamu boleh pilih. Ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana. Ayo nih!”

Bejo melihat ke tangan tukang cukur dimana ada uang koin 1000 dan 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang yang bernilai 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang segera menoleh kepada sang pengusaha dan berkata, “Benar kan yang saya katakan tadi? Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui! 

Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil.”

Setelah sang pengusaha selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu kembali dengan Bejo.

Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya, “Bejo, sewaktu tukang cukur menawarkan uang koin 1000 dan 500, kok kamu malah ambil uang yang 500? Kenapa enggak ambil yang 1000? Nilainya kan lebih besar dua kali lipat dari yang 500?”

Bejo pun berkata, “Kalau begitu, saya tidak akan dapat lagi uang 500 setiap hari. Karena tukang cukur itu selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang nilainya seribu. Kalau saya ambil yang 1000, berarti permainannya akan selesai…!”

http://m.andriewongso.com/artikel/jokes/4587/Pintar_atau_Bodoh/

read more
0 komentar

Smile At Ninety One



Beragam ekspresi yang terjadi di kelas 91, salah satunya adalah tersenyum/ tertawa.


read more
0 komentar

Perpisahan Kelas 81



Perpisahan Kelas 81 SMP Negeri 48 Jakarta




read more
0 komentar

Memperlakukan Hidup Seperti Piano



Hidup seharusnya diperlakukan layaknya bermain piano. Saat membutuhkan komposisi dan nuansa lain, engkau bisa berkolaborasi dengan pemain gitar atau peniup saksofon. Dalam permainan itu, para pemain hanya punya satu aturan
untuk memulai permainan: saling berbagi kebutuhan dan kepunyaan. Itu artinya para pemain akan saling mencipta sesuatu yang diperlukan dirinya dan diperlukan orang lain. Itu artinya para pemain akan saling mengambil, berbagi dan mengada.

Permainan harus dipandu oleh satu-satunya komando : harmoni. Bagaimanakah harmoni hadir? Lihatlah ke dalam dirimu. Ia ada di dalamnya.

Karena hidup seharusnya diperlakukan layaknya bermain piano. Bermainlah dengan pemain gitar atau saksofon. Eksplorasi musikmu dan saling berimprovisasilah. Harmoni tidak akan datang dengan sendirinya. Harmoni hanya bisa tercipta saat seluruh perkakas musik memantulkan getaran untuk menjadi nada.

Dari mana datangnya getaran? Lihatlah ke dalam dirimu. Ia hanya muncul darimu, jika engkau berkehendak. Pukul. Petik. Hentakkan. Tekan. Dan dengarlah nada mengalir.

Hidup seperti nada yang mengalir, dimana permainan ada di tangan si pemain : engkau! Engkaulah yang menilai indah atau tidaknya permainanmu. Engkaulah yang akan membuat gubahan-gubahan dan komposisi ajaib.

Dan hidup seharusnya tidak diperlakukan bagai piano elektrik, yang dapat berbunyi hanya dengan satu tombol, Itu adalah sebuah tragedi menyedihkan!

Dan engkau sudah terlalu lama mendengar nada-nada yang begitu-begitu saja mengalun? Engkau sudah terlalu lama dikepung oleh orkestra yang menginginkan dirimu larut dan berdansa di dalamnya.

Kini, mengapa tidak engkau yang memainkannya, engkau yang menghasilkan nada-nada yang seperti apa yang kamu inginkan?

Bergegaslah bermain…

Atau sekalian ciptakan kesunyian…

Sumber :  http://kontinum.org/

read more